Lacak

Jumat, 01 April 2011

Pesan Bijak dari Novel “Perempuan Berkalung Sorban” (Abidah el Khalieqy)


Ukuran keadilan dalam poligami seharusnya dinilai oleh perempuan, bukan oleh laki-laki.

Sebagai perempuan kita harus sadar bahwa tubuh yang kita miliki adalah milik kita sendiri yang perlu kita hargai setinggi-tingginya.

Perempuan harus mampu membuat pilihan dan menyiapkan diri untuk maju mandiri.

Pengalaman pahit dan penderitaan harus dijadikan landasan dan penguatan yang membuat perempuan makin bijak dalam menyongsong hari esok, bukan menyerah kalah.

Di dunia ini, semua yang diciptakan oleh Allah, apa pun jenis kelaminnya, baik laki-laki atau perempuan, semuanya sama baiknya, sama bagusnya dan sama enaknya. Sebab Allah juga memberikan kenikmatan yang sama pada keduanya. Tinggal bagaimana kita mensyukurinya.

Berbohonglah atau ungkapkan sesuatu dengan kalimat lain yang membuat lawan bicaramu menyukai sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya.

Jilbab adalah syarat popularitas dan upaya pencegahan pelecehan bagi perempuan.

Terhormat tidaknya seseorang tergantung bagaimana sikapnya dalam bergaul. Dan sikap ini meliputi banyak hal, banyak segi, seperti cara berbicara, cara berpakaian dan cara bersopan santun.

Seseorang tidak bisa disalahkan atau dibenarkan jika melakukan sesuatu dalam kondisi terpaksa. Tetapi kita harus memiliki sikap yang jelas terhadap sesuatu.

Diam belum tentu berarti iya. Diam bisa saja karena tidak setuju tapi kita takut mengatakannya.

Antara suami dan istri haruslah komplementer, saling melengkapi, tidak main tunjuk dan main perintah atas dasar kewajibanku dan kewajibanmu.

Dalam hal memilih jodoh, sebaiknya yang bersangkutanlah yang paling berkompeten untuk menentukan. Sebab merekalah yang nantinya akan menjalani.

Adanya kebebasan untuk memilih mengajarkan kita untuk memiliki rasa tanggungjawab.
Jangan terlalu memilih, sebab idealnya pilihan itu hanya ada dalam khayalan.

Dalam sebuah pernikahan, anak bukanlah tujuan utama. Tetapi kedamaian hati, ketentraman dan sikap tuma’ninah dalam hidup bermasyarakat.

Anak bukanlah tujuan utama pernikahan. Dan seseorang memiliki hak untuk menentukan, harus punya anak atau tidak.

Malu yang tidak pada tempatnya lebih bahaya daripada orang yang tidak punya rasa malu.

Ketakutan yang tidak pada tempatnya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Peristiwa demi peristiwa yang kita lewati dalam hidup adalah halaman demi halaman ilmu yang tengah kita baca dan coba mengerti, hikmah apa yang dikandung olehnya.

Allah Maha Adil. Sekalipun keadilannya memerlukan rentang waktu yang panjang untuk dapat dipahami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...