Lacak

Selasa, 22 November 2011

Bukti Kebenaran Al-Quran?

Adakah mushaf Al-Quran di setiap rumah keluarga Muslim? Diduga jawabannya adalah “tidak”! Apakah anggota keluarga Muslim yang memiliki mushaf telah mampu membaca Kitab Suci itu? Diduga keras jawabannya “belum”! Apakah setiap Muslim yang mampu membaca Al-Quran mengetahui garis besar kandungannya serta fungsi kehadirannya di tengah-tengah umat? Sekali lagi, jawaban yang diduga serupa dengan yang sebelumnya.

Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. antara lain dinamai Al-Kitab dan Al-Qur’an (bacaan yang sempurna), walaupun penerima dan masyarakat pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca-tulis. Ini semua, dimaksudkan, agar mereka dan generasi berikutnya membacanya. Fungsi utama Al-Kitab adalah memberikan petunjuk. Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya.

Dari celah-celah redaksinya ditemukan tiga bukti kebenarannya. Pertama, keindahan, keserasian, dan keseimbangan kata-katanya. Kata yaum yang berarti “hari”, dalam bentuk tunggalnya terulang sebanyak 365 kali (ini sama dengan satu tahun), dalam bentuk jamak diulangi sebanyak 30 kali (ini sama dengan satu bulan). Sementara itu, kata yaum yang berarti “bulan” hanya terdapat 12 kali. Kata panas dan dingin masing-masing diulangi sebanyak empat kali, sementara dunia dan akhirat, hidup dan mati, setan dan malaikat, dan masih banyak yang lainnya, semuanya seimbang dalam jumlah yang serasi dengan tujuannya dan indah kedengarannya.

Kedua, pemberitaan gaib yang diungkapkannya. Awal surah Ar-Rum menegaskan kekalahan Romawi oleh Persia pada tahun 614: Setelah kekalahan, mereka akan menang dalam masa sembilan tahun di saat mana kaum mukminin akan bergembira. Dan itu benar adanya, tepat pada saat kegembiraan kaum Muslimin memenangkan Perang Badar pada 622, bangsa Romawi memperoleh kemenangan melawan Persia. Pemberitaannya tentang keselamatan badan Fir’aun yang tenggelam di laut Merah 3.200 tahun yang lalu, baru terbukti setelah muminya (badannya yang diawetkan) ditemukan oleh Loret di Wadi Al-Muluk Thaba, Mesir, pada 1896 dan dibuka pembalutnya oleh Eliot Smith 8 juli 1907. Maha benar Allah yang menyatakan kepada Fir’aun pada saat kematiannya: Hari ini Kuselamatkan badanmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu (QS 10:92).

Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini, apalagi yang menyampaikannya adalah seorang ummi yang tidak pandai membaca dan menulis serta hidup di lingkungan masyarakat terbelakang. Bukti kebenaran (mukjizat) rasul-rasul Allah bersifat suprarasional. Hanya Muhammad yang datang membawa bukti rasional. Ketika masyarakatnya meminta bukti selainnya, Tuhan berpesan agar mereka mempelajari Al-Quran (lihat QS 29:50). Sungguh disayangkan bahwa tidak sedikit umat Islam dewasa ini bukan hanya tak pandai membaca Kitab Sucinya, tetapi juga tidak memfungsikannya, kecuali sebagai penangkal bahaya dan pembawa manfaat dengan cara-cara yang irasional.

Rupanya, umat generasi inilah antara lain yang termasuk diadukan oleh Nabi Muhammad: Wahai Tuhan, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Quran sesuatu yang tidak dipedulikan (QS 25:30).

Tahap pertama untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan di atas adalah meningkatkan kemampuan baca Al-Quran. Janganlah anak-anak kita disalahkan jika kelak di hari kemudian mereka pun mengadu kepada Allah, sebagaimana ditemukan dalam sebuah riwayat: “Wahai Tuhanku, aku menuntut keadilan-Mu terhadap perlakuan orang-tuaku yang aniaya ini.”[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...