Lacak

Kamis, 03 Februari 2011

Menulislah dan Jangan Bunuh Diri!

Di lingkungan saya, mayoritas teman-teman saya mempunyai diary atau buku harian yang diisi dengan cerita tentang hal-hal yang sudah seseorang lalui, pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan yang dilewati, kesenangan atau kesedihan yang dialami, dan lainnya. Bedanya di zaman serba maju ini, buku harian diganti dengan jurnal online seperti blog. Jika kita perhatikan blog yang dimiliki orang lain, biasanya berisikan mengenai cerita-cerita atau opini-opini pribadi.



Ada sebuah proses melepaskan emosi yang dirasakan yang disebut katarsis. Katarsis ini diperlukan untuk melepaskan konflik-konflik di alam bawah sadar atau pengalaman traumatis misalnya perceraian, penyakit yang serius, perubahan dalam pekerjaan atau lingkungan pekerjaan, kematian seseorang yang dicintai, dan lainnya. Contoh katarsis adalah seseorang merasakan ketegangan atau stress di tempat kerja, mereka membutuhkan sebuah aktivitas yang melepas ketegangan seperti berolahraga, yoga, atau jalan-jalan dengan teman-teman.
Menurut saya, daripada seseorang menyimpan perasaan sendiri sehingga dapat menyebabkan symptom-symptom psikologis seperti histeria atau fobia, maka menulislah dan jangan bunuh diri. Jika bisa merangkai kata dengan baik, buatlah puisi, kumpulan cerita pendek, atau sebuah novel. Menulis dapat menjadi media katarsis yang baik dan tidak mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Hasil penelitian dari Southern Methodist University dan Ohio State University College of Medicine menunjukkan bahwa menulis dapat memberi kontribusi secara langsung untuk meningkatkan kesehatan yaitu salah satunya meningkatkan produksi T-cell (sel yang berperan dalam kekebalan tubuh).

Jika kita menengok ke dunia sastra di mana Virginia Woolf, seorang penulis sastra besar dengan karya yang terkenal Mrs. Dalloway, memiliki gangguan manik depresif. Dalam kondisi maniknya, Woolf bisa berbicara dua sampai tiga hari tanpa berhenti, tidak memperhatikan orang lain di ruangan atau apapun yang dikatakan kepadanya, lalu perlahan-lahan ucapannya menjadi inkoheren, hanya campuran kata-kata yang tidak saling berhubungan. Sedangkan dalam kondisi depresinya, Woolf melakukan percobaan bunuh diri dengan menelan 100 butir veronal. Puncaknya adalah ia menenggelamkan diri di sungai bersama bongkahan-bongkahan batu yang disimpan di sakunya.

Petter Dally, seorang psikiater, berkata “Kebutuhan Virginia dalam menulis adalah, antara lain, untuk membuat kegelisahan mental yang dimilikinya menjadi masuk akal dan memegang kendali atas kegilaannya. Melalui novelnya, ia membuat dunia pribadinya menjadi kurang menakutkan. Menulis terkadang menjadi siksaan tetapi ini memberikan kenikmatan yang tidak terkira baginya.”

Maka, mulai sekarang, menulislah. Tuliskan semua perasaan sakit, takut, frustrasi, marah, sedih, pada kertas. Katakanlah semua hal yang ingin dan perlu Anda katakan tanpa perlu takut bahwa buku harian akan menilai atau mengkritik Anda. Gunakan tulisan sebagai tempat yang aman untuk mengeluarkan apapun yang Anda rasakan. Menulis itu murah, Anda hanya harus menyediakan kertas dan pensil/pulpen. Dalam menulis, Anda tidak memerlukan sebuah bakat. Caranya mudah: mulailah dengan kalimat “Hari ini saya merasa …”

Menulislah dan jangan bunuh diri. (Nia Janiar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...